Jumat, 22 Juni 2012

RuWEt...

dikesunyian perpustakaan UGM
rasanya ni kepala ruwet banget
bagaikan sebuah benang kusut...dimana pemiliknya sulit mengembalikan
tu benang menjadi sebuah untaian yang rapi

ruwet..ruwet...ruwet

tapi seorang kader dakwah ga boleh menyerah hanya dengan suasana
keruwetan tersebut
kader dakwah harusnya terbiasa dengan hal ini
kader dakwah harusnya mampu keluar dari masa-masa ini
kader dakwah harusnya mengucap syukur karena masih merasakan nikmat ruwet ini

karena keruwetan seorang kader dakwah ialah keruwetan memikirkan
problematika ummat, memikirkan bagaimana cara mengobati ummat

ketika pun diri ini sedang mengalami keruwetan
maka hendaknya diri ini bersyukur...bersyukur atas nikmat ini

"Nikmat manakah yang kau dustakan....?"



Yogyakarta, 22 Juni 2012
(bertepatan dengan HUT DKI Jakarta)
08.28

Kamis, 21 Juni 2012

Realita

Bingung rasanya diri ini
ketika ku sering sekali mendengar kata-kata menikah dari teman-teman ku
Seolah kata-kata ini sangatlah vulgar untuk di ucapkan di khalayak ramai

Memang pernikahan itu adalah menggenapkan separuh din kita..
Dibutuhkan kemantapan maknawiyah untuk melangkahkan kaki menuju jenjang pernikahan
Dibutuhkan fikriyah, jasadiyah, maaliyah, dan psikis yang baik pula

Namun, belakangan ini
beberapa realita yang ku dapati
realita yang membuatku bingung
Bingung harus bersikap bagaimana

Ya...
Ketika syuro, perbincangan dengan teman-teman
Pasti ada saja bahasan menikah itu keluar
Entah keluar kata-kata sedang proses ta'aruf ini, atau sedang cari-cari ini, atau sedang nyiapin diri nich...
Apapun itu...
seyogyanya masalah persiapan atau proses pernikahan yang kita alami sampai Undangan siap untuk disebarkan..maka cukuplah "pihak-pihak tertentu" saja yang berhak tahu
Tidak perlu memberitahukan atau menjadikan kata-kata pernikahan dalam bercandaan kita sehari-hari

Namun
Di balik itu semua
yang paling penting adalah keterjagaannya proses kita sebelum menuju ke mahligai pernikahan

Membersihkan hati dari niat selain kepada Allah
Menjaga interkasi dengan calon kita



Wallahu'alam

Senin, 18 Juni 2012

Ayah....

Kau adalah pahlawan bagi ku

Kau mampu menjalani hidup ini di kesendirian tanpa seorang istri sudah sejak belasan tahun yang lalu

Kau membanting tulang untuk menghidupi ku...kaki kau jadikan kepala, kepala kau jadikan kaki

Kau mampu berdiri tegap dan kuat berada di depan ku
Tidak kau tunjukkan raut muka kesedihan itu di hadapan ku

Kau selalu memilih untuk menutupi kesedihan mu dari ku

Kau adalah ayah sekaligus ibu bagiku

Kau mampu memerankan kedua sosok itu dengan baik

Ketika ku sedang sakit,,kau lah yang merawat ku
ketika di sekolah ada pengambilan raport, maka kau lah yang mengambil tugas itu

Memang ku berbeda dengan teman-teman yang lainnya
Mereka mampu dengan mudahnya membicarakan masalah kewanitaan dengan ibu mereka, sedangkan aku tidak

Tapi hal itu, tidak membuat ku lantas menyalahkan keadaan yang ada

Ku bersyukur telah diberikan Ayah seperti mu

Maafkan ku, jika belum bisa menjadi anak yang sholihah
Maafkan ku, jika ku selalu membuat mu sedih
Ku hanya berharap semoga kelak Aku, Ayah, Ibu, dan adik ku kelak mampu berada di jannah-Nya
kita dipersatukan kembali menjadi keluarga yang utuh...

amiin...
ku ingat sekali

saat itu adalah hari senin
hari dimana ku merasakan suatu rasa yang bercampuraduk
antara senang, sedih, kesal dengan diri sendiri..


sesaat ku merasa lelah dengan yang ku alami ini
ingin rasanya ku melepaskan beban ini dari diriku


Namun,,
SMS dari temanku mampu menguatkan ku
menguatkan diri ini untuk belajar melapangkan hati atas semua yang ku alami
Belajar arti Ikhlas yang tidak hanya diucapkan melalui lisan saja namun juga dirasakan dalam hati dan dilakukan


SMS temanku itu hanya menyebutkan satu kata penuh makna
satu kata yang sangat sulit orang melakukannya
satu kata jika kita mampu menerapkannya maka hidup akan menjadi tenang


SABAR.....
itu adalah kata dari temanku yang mampu menguatkan diri ini


sering sekali ia mengatakan kata itu kepada ku ketika ku sedang dalam keadaan lelah
Walaupun kata itu sering sekali ku dengar darinya namun sangat sulit sekali dapat diterapkan


Orang ada yang mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya...
Orang tersebut salah..
Sabar itu tidak memiliki batas, tidak memiliki ujung


Namun 
sabar itu seperti alam semeta ini yang sangat luas sekali


Jadi sesungguhnya sudah tidak ada lagi alasan bagi kita untuk mengatakan
"kesabaran ku sudah habis"


karena sesungguhnya kesabaran yang luas itu hanya butuh kemantapan iman yang kuat, rasa tidak berdaya di dahapan Allah
Mintalah kesabaran itu kepada Allah... Maha Memiliki diri-diri ini


Innallaha ma'a shobirin...
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar"